April 25, 2025

Jhcowboysteakhouse : Apa Itu Steak, Teknik Masak atau Nama Makanan?

Seporsi steak yang umum disajikan terdiri dari daging sapi tanpa tulang

Lapis Surabaya Kue Ultim yang Tak Pernah Ketinggalan Zaman

Di tengah derasnya tren kue kekinian, dari dessert rajazeus box  hingga croffle, ada satu nama yang tetap berdiri tegak sebagai simbol kelezatan klasik khas Indonesia: Lapis Surabaya. Kue legendaris ini tidak hanya dikenal dengan rasa manisnya yang lembut dan teksturnya yang legit, tapi juga karena reputasinya sebagai kue ultim—julukan tak resmi untuk kue kelas atas yang selalu hadir dalam momen-momen penting.

Lapis Surabaya bukan hanya makanan, tapi juga bagian dari warisan kuliner Indonesia yang kaya rasa, bernilai sejarah, dan selalu menggugah nostalgia.

BACA JUGA: Makanan Paling Khas di Kamboja yang Wajib Dicoba

🍰 Sejarah Lapis Surabaya

Walaupun namanya mengandung kata “Surabaya,” asal usul Lapis Surabaya tidak sepenuhnya jelas. Namun, banyak yang percaya bahwa kue ini mulai populer di kota Surabaya pada masa kolonial Belanda. Bahkan, pengaruh Eropa dalam pembuatan dan bentuknya cukup terlihat—khususnya dalam penggunaan bahan-bahan seperti mentega, telur dalam jumlah besar, dan gula kastor.

Beberapa sejarawan kuliner menyebut bahwa Lapis Surabaya adalah bentuk adaptasi dari kue butter cake Eropa, yang kemudian diolah ulang dengan sentuhan lokal hingga menjadi kue tiga lapis yang kita kenal sekarang.


🧈 Ciri Khas yang Membuatnya Istimewa

Apa yang membuat Lapis Surabaya begitu spesial?

  1. Tiga Lapisan Klasik
    Kue ini terdiri dari tiga lapisan: dua lapisan kuning di bagian atas dan bawah, serta satu lapisan cokelat di tengah. Lapisan-lapisan ini disusun dengan penuh presisi dan dihubungkan dengan selai atau buttercream tipis.

  2. Tekstur Lembut dan Padat
    Dibuat dari banyak kuning telur—bisa mencapai 30 butir atau lebih dalam satu resep utuh—kue ini memiliki tekstur yang sangat lembut, padat, namun tetap lumer di mulut. Tidak heran kalau Lapis Surabaya sering dianggap sebagai “kue premium”.

  3. Aroma Mentega yang Kuat
    Salah satu daya tariknya adalah aroma harum mentega berkualitas yang terasa sejak gigitan pertama. Mentega asli (bukan margarin) menjadi bahan utama untuk mendapatkan rasa autentik.

  4. Tidak Menggunakan Pengembang
    Tidak ada baking powder atau soda kue dalam resep aslinya. Kelembutan dan volume kue murni berasal dari proses pengocokan telur dan gula yang tepat.


🎂 Simbol Kemewahan dan Perayaan

Lapis Surabaya sering dianggap sebagai kue “ultim”—atau kue kelas atas—karena memang tidak semua orang bisa (atau mau) membuatnya secara manual. Butuh keterampilan, waktu, dan bahan premium untuk menghasilkan satu loyang Lapis Surabaya yang sempurna.

Tak heran, kue ini sering disajikan dalam acara-acara istimewa seperti:

  • Pernikahan

  • Ulang tahun keluarga

  • Hari Raya (Natal, Imlek, Lebaran)

  • Acara resmi atau jamuan kehormatan

Di banyak toko kue ternama, Lapis Surabaya dijual dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan jenis kue lainnya. Tapi bagi pecintanya, setiap potong sepadan dengan kelezatannya.


🍮 Lapis Surabaya di Era Modern

Meski tergolong klasik, Lapis Surabaya tidak ketinggalan zaman. Justru di era media sosial dan budaya “throwback,” banyak generasi muda yang kembali melirik kue ini sebagai camilan favorit atau bahkan bisnis rumahan.

Beberapa inovasi Lapis Surabaya modern meliputi:

  • Varian rasa: pandan, matcha, kopi, hingga red velvet.

  • Tampilan mini: dibuat dalam ukuran kecil atau bentuk potongan untuk hampers.

  • Paduan topping kekinian: keju, cokelat, hingga karamel.

Namun, versi klasik—lapis kuning dan cokelat dengan aroma mentega yang khas—tetap jadi primadona.


👨‍🍳 Lapis Surabaya Sebagai Warisan Kuliner

Di balik tampilannya yang sederhana, Lapis Surabaya membawa banyak nilai: dedikasi, kesabaran, dan rasa cinta pada tradisi. Kue ini tidak hanya memuaskan lidah, tapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kehangatan keluarga.

Tak berlebihan jika Lapis Surabaya disebut sebagai bagian dari identitas kuliner Indonesia. Ia adalah bukti bahwa resep yang diwariskan dari generasi ke generasi mampu bertahan, bahkan bersaing di tengah derasnya inovasi makanan modern.

Share: Facebook Twitter Linkedin

Comments are closed.