
Aperol vs Campari: Dua Minuman Pahit Italia yang Populer
Italia bukan hanya terkenal dengan pizzanya yang menggugah selera atau pasta yang menggoda lidah, tetapi juga dengan tradisi minum yang kaya dan penuh karakter. Dua di antara minuman ikonik yang sering menjadi pilihan para pencinta koktail adalah Aperol dan Campari. Keduanya dikenal sebagai minuman pahit (bitter) yang sangat populer, terutama saat aperitivo—tradisi minum santai sebelum makan malam. Meski tampak serupa, Aperol vs Campari memiliki perbedaan yang signifikan dalam rasa, warna, alkohol, dan penggunaannya dalam berbagai resep koktail. Artikel ini akan membahas perbandingan mendalam antara dua minuman legendaris ini.
Asal Usul dan Sejarah
Aperol
Aperol pertama kali diperkenalkan pada tahun 1919 oleh Luigi dan Silvio Barbieri di kota Padua, Italia. Dibuat dengan https://thesilit.com/ campuran rahasia dari rempah-rempah dan bahan herbal, Aperol diciptakan sebagai minuman ringan yang cocok untuk dikonsumsi sebelum makan. Popularitas Aperol meningkat pesat, terutama setelah kemunculan koktail Aperol Spritz, yang kini menjadi minuman ikonik musim panas di seluruh dunia.
Campari
Campari memiliki sejarah yang lebih tua. Diciptakan oleh Gaspare Campari pada tahun 1860 di kota Novara, Campari adalah pionir dalam kategori minuman pahit Italia. Dengan rasa yang kompleks dan warna merah menyala yang khas, Campari dengan cepat menjadi favorit di kalangan bartender dan penikmat minuman keras. Koktail seperti Negroni dan Americano menjadikan Campari sebagai bahan utama yang tak tergantikan.
Rasa dan Aroma
Salah satu perbedaan paling mencolok antara Aperol dan Campari adalah profil rasa mereka.
- Aperol memiliki rasa yang lebih ringan, manis, dan jeruk yang menyegarkan. Meski disebut sebagai minuman pahit, tingkat kepahitannya jauh lebih lembut dibandingkan Campari. Karena itu, Aperol lebih mudah diterima oleh peminum baru atau mereka yang mencari rasa ringan dan menyenangkan.
- Campari terkenal dengan rasa pahit yang kuat, kompleks, dan sedikit lebih “berani”. Ada sensasi herbal, rempah-rempah, serta keasaman dari buah jeruk yang lebih intens. Campari cenderung memberikan kesan dewasa dan tajam, cocok bagi mereka yang menyukai karakter rasa yang lebih dalam.
Kandungan Alkohol
Kadar alkohol juga menjadi pembeda penting antara kedua minuman ini:
- Aperol memiliki kadar alkohol yang relatif rendah, yakni sekitar 11% ABV (Alcohol By Volume). Di beberapa pasar seperti Jerman, kadarnya bisa mencapai 15%, tetapi tetap tergolong ringan.
- Campari, di sisi lain, memiliki kadar alkohol lebih tinggi, sekitar 20,5% hingga 28,5% ABV, tergantung negara distribusinya. Ini membuat Campari lebih “kuat” secara rasa dan efek, sehingga lebih cocok untuk koktail yang membutuhkan backbone alkohol yang kokoh.
Warna dan Tampilan
Dari segi tampilan, keduanya sama-sama menarik perhatian:
- Aperol berwarna oranye terang dengan nuansa yang cerah dan menggoda.
- Campari lebih merah tua dengan kesan visual yang kuat dan dramatis.
Perbedaan warna ini juga memengaruhi tampilan koktail yang menggunakannya.
Penggunaan dalam Koktail
Keduanya sangat fleksibel dan menjadi bahan utama dalam berbagai resep koktail klasik.
Aperol
- Aperol Spritz: Campuran Aperol, prosecco, dan soda, disajikan dengan irisan jeruk dan es batu. Ringan, segar, dan sangat populer saat musim panas.
- Aperol Sour: Varian dari classic whiskey sour, tetapi menggunakan Aperol untuk rasa jeruk yang lebih manis.
Campari
- Negroni: Salah satu koktail klasik paling terkenal, terbuat dari gin, Campari, dan sweet vermouth. Rasanya pahit dan seimbang.
- Americano: Kombinasi Campari, sweet vermouth, dan soda. Ringan namun penuh karakter.
Meski begitu, keduanya kadang bisa saling menggantikan dalam resep dengan sedikit penyesuaian, tergantung rasa yang diinginkan.
BACA JUGA: Getuk Berasal dari Mana? Mengenal Asal-Usul Jajanan Tradisional Manis dan Lembut